Taqim dalam Kosmologi Manusia Seni - Bagian 3

Bagain 2

     Seniman perupa memang dihargai luar biasa. Di Eropa hal tersebut diperlihatkan jelas lewat pengabdian makam-makam seniman di tempat-tempat yang amat terhormat. Di Florence, Italia, kuburan pematung, arsitek, dan pelukis era Renaisans dikumpulkan di sejumlah kuil ato basilika. Dan diagungkan lewat bangunan makam yang sangat artistik dan monumental, untuk dipertontonkan kepada masyarakat Dunia sepanjang masa. Di gereja Santa Croce misalnya, dibangun monumen makam Michaelangelo, yang dikerjakan oleh perupa tersohor Giorgio Vasari.

Lukisan Taqim, Kosmologi Manusia Seni

     Di Indonesia, eksistensi perupa tak kalah ditonjolkan. Masyarakat Jawa yang mendefinisikan seni sebagai "yang halus-halus". Dan yang halus, dalam falsafah Jawa adalah adiluhung, tinggi, dan santun. Dengan begitu, layak untuk dihargai. Oleh karena itu, pencipta seni adalah sosok halus yang pantas ditingikan. Seseorang yang menciptakan kerajinan keris dengan perfeksi luk serta pamor istimewa serta dengan kelembutan citrasa, akan dianggap sebagai Empu. Seorang pemahat gebyok yang mahir sehingga sanggup menghasilkan motif dan ukiran yang rinci dan luwes luar biasa, akan disebut Maestro. Begitu pula penyungging wayang kulit yang piawai, pelukis kaca yang teliti dan kaya inspirasi. Mereka terdudukkan sebagai warga negara utama. Raden Saleh yang notabene mewarisi semangat seni lukis dari Belanda, teragungkan sebagai pangeran yang melegenda. Ia amat dihormati sebagai bukan lelaki biasa.