Jadi kurun sebelum Dinasti Song, bangsa Mesir juga sudah meletakkan perajin, arsitek, pendesain, penggambar, pemahat, pematung sebagai warga negara terkemuka. Kerena sesungguhnya, itulah yang kemudian membuat sejarah memiliki catatan kebudayaan yang diukirkan lewat prestasi-prestasi seni konkrit atau seni rupa dalam bentuk bangunan atau art work sebuah bangunan. Hal itu terbukti lewat alokasi dan pengagungan makam-makam akbar yang ada di Luxor, kota gurun pasir 600 km sebelah selatan Kairo. Di lembah-lembah tanah yang terik itu, terdapat apa yang disebut para peneliti Barat sebagai Valley of the Artisan. Inilah lembah tempat makam perupa-perupa hebat bangsa Mesir sibuan tahun silam, seperti Inherka, Ipuy, Sennedjen. Makam-makam ini, sampai berpuluh abad, menjadi kunjungan orang sedunia. Seperti makam para ratu di Valley of the Queens. Makam para bangsawan di Valley of the Nobles. Dan selayak makam Raja Ramses,makam Raja Tutankhamun, makam Raja Horemheb yang terlokasi di Valley of the Kings.
Fenomena itu menular ke pemikiran bangsa Yunani, yang menghormati perupa
(selain sastrawan dan filosof) sebagai makhluk terdepan. Bahkan, di sana
kemudian ada Dewa Aphrodite yang dijunjung sebagai Dewa kesenian. Seperti
halnya di Bali, Yang mengangkat keluhuran seni dan seniman lewat sosok Dewi
Sarawati.