Bangunan gereja terdiri dari dua bagian yang menyatu
dengan dua atap yang terpisah. Bangunan
utama yang merupakan bagian dari altar dan ruang ibadah menggunakan atap
perisai dengan puncak atap diberi sentuhan arsitektur Batak plus salib yang
ornamentik, sedangkan atap bagian serambi merupakan atap pelana sebagaimana
umumnya arsitektur Nusantara. Yang unik
dari struktur kedua atap ini adalah digunakannya struktur kabel tarik. Pada atap perisai struktur kabel tarik ini
menghasilkan ruangan bebas kolom dan bebas kuda-kuda struktur. Struktur kabel tarik merupakan teknologi
modern yang sederhana, tetapi tetap sesuai dengan arsitektur gereja tradisional.
Arsitektur altar diinspirasikan dari arsitektur
bernapaskan Trowuian, yang terbuat dari susunan bata penuh ornamen,
dan diukir sangat halus oleh penduduk setempat.
Dua
prototipe bentuk atap,
yaitu atap bangunan tradisional
Batak Simalungun
dan Batak Toba.
Atap
bangunan Batak Simalungun yang biasa disebut Balai Bolon merupakan atap utama
bagian altar. (kanan)
Ruang umat (ibadah) terdapat di depan altar dengan kondisi ruang yang cukup
luas. Namun,
tidak seperti gereja~gereja pada umumnya yang menggunakan bangku-bangku
- ruang umat di sana dibiarkan kosong. lbadah dilakukan hanya dengan duduk
bersila di lantal, Deralas tikar.