Gereja Pohsarang, Klimaks Sebuah Desa - Bagian Ketiga


Bangunan gereja terdiri dari dua bagian yang menyatu dengan dua atap yang terpi­sah.  Bangunan utama yang merupakan ba­gian dari altar dan ruang ibadah mengguna­kan atap perisai dengan puncak atap diberi sentuhan arsitektur Batak plus salib yang ornamentik, sedangkan atap bagian seram­bi merupakan atap pelana sebagaimana umumnya arsitektur Nusantara.  Yang unik dari struktur kedua atap ini adalah diguna­kannya struktur kabel tarik.  Pada atap peri­sai struktur kabel tarik ini menghasilkan ruangan bebas kolom dan bebas kuda-kuda struktur.  Struktur kabel tarik merupakan teknologi modern yang sederhana, tetapi tetap sesuai dengan arsitektur gereja tradi­sional.
Arsitektur altar diinspirasikan dari arsi­tektur bernapaskan Trowuian, yang terbuat dari susunan bata penuh ornamen, dan di­ukir sangat halus oleh penduduk setempat.
Kayu, Gereja Pohsarang, Klimaks Sebuah Desa
Dua prototipe bentuk atap, yaitu atap bangunan tradisional Batak Simalungun dan Batak Toba. 
Atap bangunan Batak Simalungun yang biasa disebut Balai Bolon merupakan atap utama bagian altar. (kanan)

 Ruang umat (ibadah) terdapat di depan altar dengan kondisi ruang yang cukup
luas.  Namun, tidak seperti gereja~gereja pada umumnya yang menggunakan bangku-bangku - ruang umat di sana dibiar­kan kosong. lbadah dilakukan hanya dengan duduk bersila di lantal, Deralas ti­kar.