F. Widayanto cukup tanggap dan kreatif. Buah-buah pinus, bunga-bunga, serta
dedaunan yang berada di sekitar lembah diangkatnya sebagai aksesori penataan
hidangan Natal. Buah pinus pun Ialu
terasa lebih artistik ditempatkan di sebuah
wadah tembaga. Bunga pisang-pisangan pun
serta daun pinus tampak anggun ditata di dalam tempat memasak nasi
tempo dulu yang juga dari tembaga. Di sudut
meja, sejenis bunga rotan yang telah dikeringkan serta bunga alang-alang
digeraikan indah begitu saja.
Untuk menghangatkan suasana Natal di tengah lembah yang sejuk ini,
Widayanto merasa perlu menghadirkan white wine bagi kerabat dekatnya. Lukisan anak kecil dalam
pelukan sang ibu karya Michaelangelo serta genta yang digubah dengan
rangkaian buah pinus dan dedaunan pakis gunung, menegaskan simbol makna Natal
yang kudus.
Teras terbuka yang sangat kasatmata menerima keindahan alam yang ada,
menjadi ide kedua Widayanto. Di sinilah
ia menyediakan kopi panas serta kudapannya di atas jodang dengan perangkat
tembaga serta keramik. Petikan bunga
merah di atas dulang, taburan cokelat berbungkus warna emas, serta warna hijau
manisan buah pala, menyemarakkan tata hidang suasana Natal kali ini.
Natal yang indah dan Natal yang kudus "berhiaskan" pesona alam
bumi Parahiyangan, mampu memberikan makna tersendiri di hati umat Nasrani. Cahaya lilin pun terus menyala di
tengah-tengah tata hidang yang diiringi kidung Natal yang
agung, di Lembah Ciherang.