Taqim dalam Kosmologi Manusia Seni - Bagian 5

Bagian 4

     Di Kudus, kita mengenal Noor Taqim. Seniman kelahiran 3 Juni 1958 ini telah menunjukkan ke masyarakat bahwa ia memiliki banyak tangan dan aneka keterampilan. Ia membuat keramik, megolah tembaga, membentuk patung, memahat kayu, melukis, merancang arsitektur, membuat gambar-gambar desain. Ia acap disebut seniman, kadang-kadang dianggap perajin, di lain waktu dicap tukang. Namun ia tak peduli, Justru yang peduli para penikmat karya-karyanya. Dari sejumlah pameran yang dilakukan, hampir semua komentar yang muncul berisi pujian, bahwa Taqim adalah perupa yang sama sekali tak boleh dilupakan. Dari semangat, etos kerja, daya artistik, kemahiran, progresi wawasan, keluasan jangkauan seni, keragaman jenis ciptaan, serta keanekaan minatnya. Juga dari keberadaanya menjebol mitos spesialisasi seni yang selama ini sangat dipercayai banyak orang. Serta kecepatannya dalam mendahului gagasan Menteri Kebudayaan RI mengenai industri budaya. Karena Taqim diam-diam telah jauh hari melakukannya.

Koleksi KeramikTaqim Berkilau - Kosmologi Manusia Seni

     Dari situ lalu terbersit asumsi : Bukankah seniman yang seperti Taqim ini yang disebut adimanusia dalam kosmologi Jawa? Bukankah orang yang berketerampilan bagi Taqim ini yang ditinggikan oleh peradaban, seperti yang ditulis oleh sejarah?

     Begitulah. Bersitan asumsi itu menjadi cahaya apabila Taqim dapat terus meningkatkan kualitas seni dan daya kerjanya. Taqim, yang telah beberapa kali pameran tunggal besar-besaran di Jakarta adalah aset seni budaya yang amat langka. Meskipun apa yang dikerjakannya belum tentu maksimal. Lantaran ia terus berproses.